Investasi
Investasi sering diartikan secara singkat penanaman modal atau
pembentukan modal. Atau dengan kata lain Definisi Investasi merupakan
pengeluaran perusahaan untuk membeli atau menambah segala bentuk barang
yang dibutuhkan untuk menunjang kemampuan memproduksi barang-barang dan
jasa-.
Dalam ekonomi ada istilah “there
is no (economic) growth without investment” atau berarti tidak ada
pertumbuhan ekonomi tanpa investasi. Kenapa? Karena ada beberapa alasan
diantaranya :
Pertama, fungsi jangka
pendek dalam pengaruhnya terhadap permintaan yang akan meningkatkan output dan
lapangan kerja.
Kedua, efeknya mengenai pembentukan kekuatan
ekonmi. Investasi akan menjadikan bertambahnya berbagai hal yang dibutuhkan
untuk perusahaan dalam melakukan kinerja usahanya sehingga. akan meningkatkan
kemampuan produksi dan kemampuan ekonomi terus meningkat secara berkelanjutan.
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi
dalam perekonomian suatu Negara
1. Suku
Bunga
Suku bunga merupakan faktor yang sangat
penting dalam menarik investasi karena sebagian besar investasi biasanya
dibiayai dari pinjaman bank. Jika suku bunga pinjaman turun maka akan mendorong
investor untuk meminjam modal dan dengan pinjaman modal tersebut maka ia akan
melakukan investasi.
2. Pendapatan
nasional per kapita untuk tingkat negara (nasional) dan PDRB per kapita untuk
tingkat propinsi dan Kabupaten atau Kota
Pendapatan nasional per kapita dan PDRB
per kapita merupakan cermin dari daya beli masyarakat atau pasar. Makin tinggi
daya beli masyarakat suatu negara atau daerah (yang dicerminkan oleh pendapatan
nasional per kapita atau PDRB per kapita) maka akan makin menarik negara atau
daerah tersebut untuk berinvestasi.
3. Kondisi
sarana dan prasarana
Prasarana dan sarana pendukung tersebut
meliputi sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, utilitas, pembuangan limbah
dan lain-lain. Sarana dan prasarana transportasi contohnya antara lain :
jalan,
terminal, pelabuhan, bandar udara dan lainlain. Sarana dan prasrana
telekomunikasi contohnya: jaringan telepon kabel maupun nirkabel, jaringan
internet, prasarana dan sarana pos. Sedangkan contoh dari utilitas adalah
tersedianya air bersih, listrik dan lain-lain.
4.
Birokrasi perijinan
Birokrasi perijinan merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempengaruhi investasi karena birokrasi yang panjang
memperbesar biaya bagi investor. Birokrasi yang panjang akan memperbesar biaya
bagi pengusaha karena akan memperpanjang waktu berurusan dengan aparat. Padahal
bagi pengusaha, waktu adalah uang. Kemungkinan yang lain, birokrasi yang
panjang membuka peluang oknum aparat pemerintah untuk menarik suap dari para
pengusaha dalam rangka memperpendek birokrasi tersebut.
5. Kualitas
sumberdaya manusia
Manusia yang berkualitas akhir-akhir
ini merupakan daya tarik investasi yang cukup penting. Sebabnya adalah
tekhnologi yang dipakai oleh para pengusaha makin lama makin modern. Tekhnologi
modern tersebut menuntut ketrampilan lebih dari tenaga kerja.
6. Peraturan
dan undang-undang ketenagakerjaan
Peraturan undang-undang ketenagakerjaan
ini antara lain menyangkut peraturan tentang pemutusan hubungan kerja (PHK),
Upah Minimum, kontrak kerja dan lain-lain.
7. Stabilitas
politik dan keamanan
Stabilitas politik dan keamanan penting
bagi investor karena akan menjamin kelangsungan investasinya untuk jangka
panjang.
8. Pengaruh
Nilai tukar
Secara teoritis dampak perubahan
tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak
pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada
investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan
berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik.
Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi
melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal
dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan
tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan
kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan
permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan
direspon dengan penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada
sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan perubahan tingkat kurs
pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik
akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan
dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan /
barang-barang ekspor (traded goods) relatif terhadap
barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods),
sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong
ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
9. Tingkat
Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif
pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi
akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang
inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu
menurut Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering
dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu
ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI ( PMDN )
Pada awalnya investasi
melalui penanaman modal dalam negeri di Indonesia telah diatur di dalam
Undang-Undang No. 6 tahun 1968, dengan memberi persetujuan kepada berbagai
macam proyek yang tersebar di berbagai sektor di wilayah Indonesia.
Dari pelita ke pelita
berikutnya, komposisi penanaman modal dalam negeri telah mengalami pergeseran
prioritas. Jika pada pelita I dan II, industri kecil masih mendominasi, maka
pada pelita-pelita berikutnya investasi dari penanaman modal ini mulai
diarahkan pada usaha untuk :
1. Memperkokoh struktur
industri dalam negeri secara umum, dengan memprioritaskan industri yang mampu
mengolah bahan baku, modal, serta penunjang.
2. Prioritas juga
ditujukan kepada industri agar mampu menciptakan mesin-mesin produksi
sendiri.
3. Diarahkan pada
proses penyerapan tenaga kerja sebanyak-banyaknya.
4. Dapat menyebar ke
luar wilayah pulau Jawa, agar pembangunan dapat lebih merata di seluruh wilayah
Indonesia. Beberapa sebab mengapa pulau Jawa masih menjadi konsentrasi
penanaman modal diantaranya :
- Investor lebih
berorientasi pada pasar, dan pulau Jawalah yang memenuhi kriteria tersebut,
mengingat sebagian besar penduduk Indonesia berada di pulau ini, disamping daya
belinya yang lebih baik dari pulau-pulau yang lainnya.
- Pulau Jawa relatif
lebih memiliki fasilitas dan infrastruktur yang lebih lengkap dibanding wilayah
yang lainnya.
PENANAMAN MODAL ASING ( PMA )
Secara makro proses
kemajuan ekonomi suatu negara akan semakin lancar jika tingkat tabungan
masyarakat mampu mengimbangi kebutuhan investasi yang akan dilakukan. Jika yang
terjadi adalah tabungan masyarakat lebih sedikit, maka diperlukan peran sektor
swasta luar negeri/asing untuk menutup celah atau kekurangan tersebut.
Salah satu ukuran
untuk menjelaskan hal ini, dapat digunakan model pertumbuhan ekonomi yang
dikemukakan oleh Harrod – Domar dengan mengatakan bahwa :
g = s/k atau s = g x
k, dimana :
g = laju pertumbuhan
pendapatan nasional
s = tingkat tabungan
masyarakat
k = tingkat pertumbuhan
capital output rasio
jadi jika diketahui
keinginan pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah 8 %, sedangkan capital output
rasionya adalah 2, maka tingkat tabungan masyarakat yang dibutuhkan agar tidak
terjadi gap haruslah sebesar 16 %. Sehingga jika tabungan masyarakat hanya
senilai 10 %, maka masih dibutuhkan sumber modal dari luar negeri sebesar
kekurangannya, yakni sebesar 6 %.
Disisi yang lain,
masuknya modal asing menimbulkan pro dan kontra dalam menanggapinya. Beberapa
alasan yang bersifat ekonomi yang menentang masuknya PMA diantaranya adalah :
- Pertama, di dalam
kenyataannya sangat jarang perusahaan multinasional bersedia menanamkan kembali
keuntungan yang diperolehnya di negara-negara berkembang.
- Kedua, dilihat dari
kepentingan neraca pembayaran, perusahaan-perusahaan multinasional dapat
menyebabkan berkurangnya penerimaan devisa negara, baik melalui neraca
berjalan, maupun lewat neraca lalu-lintas modalnya.
- Ketiga, meskipun
perusahaan multinasional turut menyetor pajak kepada negara, namun mereka juga
sering mendapatkan keringanan pajak dari pemerintah, serta
perlindungan-perlindungan lainnya.
- Keempat, tidak
jarang tujuan transfer teknologi tidak dapat berjalan dengan lancar. Disamping
kesempatan tenaga kerja pribumi yang masih sulit untuk meduduki posisi-posisi
kunci dalam perusahaan.
Sedangkan pendapat
yang bersifat non-ekonomi diantaranya adalah :
- Perusahaan
multinasional sering memiliki kedudukan sebagai perusahaan monopolis.
- Perusahaan
multinasional tidak jarang hanya memproduksi komoditi untuk kalangan tertentu
saja.
- Perusahaan
multinasional dapat mempertajam kesenjangan sosial.
-Perusahaan
multinasional dapat menggunakan kekuatan ekonomi untuk menekan pemerintah
- Perusahaan
multinasional dapat menekan pajak lokal dengan ‘transfer pricing’
Sumber :